Opini - Pemuda dan Tantangan Ekonomi Digital

Oleh A.R. Asrari Puadi*
Ada tiga momentum besar bangsa ini yang bisa menunjukkan peran kepeloporan pemuda. Pertama, saat pemuda memainkan perannya sebagai pemersatu keragaman bangsa dengan menginisiasi dan mencetuskan kebangkitan pemuda lewat Sumpah Pemuda dan pergerakan Budi Utomo.
Kedua, saat pemuda menunjukkan patriotismenya dengan menjadi pejuang kemerdekaan negara yang gigih dan tangguh, walau harus bertumpah darah.
Selanjutnya ketiga, peran pemuda yang menjadi kekuatan pengontrol dan pendorong perubahan, dengan lahirnya gerakan reformasi 1998 sebagai titik awal perubahan besar. Indonesia sebagai sebuah bangsa yang meniti jalan menuju kemajuan.
Kini secara terang di depan matarentetan tantangan yang sekaligus juga menjadi peluang akan pasti dihadapi pemuda Indonesia. Mulai dari MEA atau Masyarakat Ekonomi ASEAN yang suka tidak suka menuntut peningkatan kualitas dan keterampilan, era bonus demografi yang harus dijawab dengan kerja-kerja nyata yang kreatif, lahirnya revolusi industri 4.0 yang kian semakin terasadengan ditandainya "disrupsi" yang terjadi di mana-mana, yang lebih lanjut menurut Prof. Rhenald Kasali, disrupsi ini tidak sekedar berbicara tentang hari ini, namun juga berbicara tentang hari esok "the future", yang dibawa oleh generasi pembaharu ke era kini. Pendeknya, disrupsi berhasil mengubah semua hal menjadi “smart”, lebih efisien, efektif, dan lebih adaftif dengan kebutuhan zaman yang kompleks.
Isu lainnya berkaitan dengan kepemudaan adalah generasi Z atau yang seringkali dilabeli dengan "Kids Zaman Now". Generasi Z dilahirkan di era serba digital, dengan ditemani beragam teknologi yang canggih dan multi tasking, seperti: komputer atau laptop, smartphone, iPads, dan beragam gawai elektronik lainnya, yang secara pasti akan memberi pengaruh terhadap kepribadian dan perilaku penggunanya.
Keakraban pemuda dengan perangkat canggih dan dunia digital juga mengantarkan pemuda ikut membangun warna baru bahkan bisa dikatakan sebagai revolusi dalam bidang ekonomi. BukaLapak, Tokopedia, Traveloka, Go-Jek misalnya, kesemuanya lahir dari tangan pemuda dan memberi sumbangsih besar bagi perkembangan ekonomi masyarakat lewat pengarusmanfaatan digital. Selain itu dalam bidang kesehatan misalnya, lahir platform seperti WeCare.id yang semakin mempermudah "orang baik" untuk ikut berpartisipasi membiayai seseorang yang sedang mengalami problem pendanaan untuk memenuhi biaya pengobatan kesehatan, khususnya bagi masyarakat yang tak terjangkau, baik berdasar letak geografis maupun administrasi oleh sistem kesehatan seperti BPJS.
Memahami Ekonomi Digital
Sektor yang hingga kini dipercaya dapat menopang pertumbuhan ekonomi adalah ekonomi digital. Seorang pakar dari ekonomi digital, Tapscott menjelaskan bahwa ekonomi digital adalah sistem ekonomi dengan sebuah ciri khas dan dipengaruhi oleh berbagai akses instrumen serta pemrosesan dari informasi serta kapasitas komunikasi yang dibentuk. 
Keberadaan ekonomi digital ditandai dengan menjamurnya perkembangan bisnis serta transaksi dan aktifitas perdagangan yang memanfaatkan medium internet dalam berkomunikasi antar perusahaan ataupun individu satu ke lainnya. Ekonomi digital dipercaya oleh banyak kalangan dapat menjawab berbagai tantangan pembangunan dan perekonomian Indonesia yang hingga kini belum stabil. Bentuk ekonomi ini hadir dengan inklusif, dan memberikan banyak kesempatan di saat empat era ekonomi pendahulu sebelumnya, yakni masyarakat pertanian tradisional, era mesin pasca revolusi industri, era perburuan minyak, dan era kapitalisme dari korporasi multinasional, yang dianggap belum ampuh untuk menjawab permasalahan yang ada.
Tantangan Bagi Pemuda
Perkembangan ekonomi digital di dalam negeri tentu sudah tidak dapat diragukan lagi, terlebih bagi kota-kota metro seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung, bahkan dalam berbagai acara dan kesempatan, Presiden Joko Widodo menginginkan Indonesia menjadi raja digital Asia. Barang dan jasa kebutuhan dasar yang semula hanya dapat diperdagangkan dengan kegiatan transaksi pasar konvensional, kini bertransformasi ke bentuk perdagangan digital.
Dari studi yang dirilis oleh McKinsey & Company (2015) menyebutkan bahwa perusahaan asal Indonesia merupakan kompetitor kuat jika dikaitkan dengan perdagangan digital. Indonesia diyakini merupakan "player" dalam arus pasar digital. Masih dari laporan yang sama, pertumbuhan tersebut diprediksi dapat tumbuh dan menggandakan keuntungan yang lebih dari kondisi dan fakta ekonomi yang telah ada saat ini. Hal ini tentu menjadi sebuah kondisi yang menjanjikan bagi perkembangan ekonomi di Indonesia.
Namun potensi besar yang sebelumnya telah dijelaskan tentu tidak akan "mujarab" jika masih terdapat kesenjangan digital di berbagai daerah, berdasarkan hasil survey APJII tahun 2016 penggunaan internet masih mengalami sentralisasiuser internet di beberapa daerah, yaitu sebanyak hampir 86,3 juta atau 65% berasal dari pulau Jawa dan kemudian sisanya berasal dari pulau bagian Sumatera, dan pulau-pulau bagian lainnya. Tentu untuk daerah yang belum mendapatkan akses layanan internet secara baik, maka akan sulit bagi mereka untuk mengelola dan mengembangkan sumberdaya dan faktor-faktor pendukung yang ada dalam arus ekonomi digital. Selain itu potensi besar tadi juga tidak dapat termanfaatkan secara optimal apabila pemuda sebagai pencetus gerakan kepoloporan tidak bergegas mengejar berbagai ketertinggalan, memaksa diri untuk memperbaiki kualitas agar bisa memenangkan hati konsumen dalam percaturan ekonomi digital.
Masifnya pertumbuhan pegiat usaha digital juga harus didukung dengan SDM yang mempuni dengan pendidikan yang tidak hanya terkungkung pada pengetahuan namun diperluas dengan keterampilan, sehingga pemuda Indonesia bukan lagi sekedar sasaran empuk sebagai konsumen tetapi juga sebagai produsen yang akan membawa mimpi Indonesia menjadi raja digital Asia menjadi nyata. Siapkah pemuda Indonesia, khususnya pemuda Bumi Tambun Bungai, Kalimantan Tengah?
*Mahasiswa Pascasarjana Ketahanan Nasional
 Universitas Gadjah Mada dan Ketua Himpunan Pelajar Mahasiswa Kalteng di Yogyakarta

Related Posts :

0 Response to "Opini - Pemuda dan Tantangan Ekonomi Digital"

Posting Komentar