"Kita semua tahu, masalah geografis menjadi kendala besar bagi anak-anak di pelosok atau pedalaman untuk melanjutkan sekolah. Dengan adanya sekolah satu atap, mereka sangat terbantu karena Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama di lokasi itu juga," kata Kepala Dinas Pendidikan Kotawaringin Timur, Bima Ekawardhana di Sampit, Jumat.
Saat ini ada sekitar 20 sekolah satu atap di Kotawaringin Timur. Sebarannya di kecamatan-kecamatan yang jauh dari pusat kota agar mempermudah anak-anak untuk melanjutkan sekolah.
Selain di kawasan Utara yang merupakan kawasan hulu, sekolah satu atap juga terdapat di kawasan pesisir, yakni Kecamatan Pulau Hanaut dan Teluk Sampit. Kecamatan Baamang yang sebagian wilayahnya berada di pusat kota, juga memiliki satu sekolah satu atap karena ada satu kelurahan dan satu desa yang lokasinya berada di kawasan pinggir kota.
Sekolah satu atap yang ada saat ini umumnya terdiri dari SD dan SMP karena targetnya mengejar wajib belajar sembilan tahun. Meski dua sekolah, namun sebagian hanya dipimpin satu kepala sekolah.
Bima berharap, keberadaan sekolah satu atap dapat menambah manfaat yang besar bagi anak-anak di pedalaman, sehingga angka putus sekolah bisa terus berkurang sehingga percepatan pemerataan kualitas pendidikan bisa terwujud sesuai harapan.
"Sekolah satu atap juga akan terus dibenahi dan ditingkatkan. Sesuai program pemerintah, sekolah satu atap akan diupayakan dikurangi, yakni dengan artian SD dan SMP bisa berdiri sendiri-sendiri dan kualitasnya terus ditingkatkan," kata Bima.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angka partisipasi murni di Kotawaringin Timur pada tahun 2015 untuk jenjang SD sederajat 99,33 persen, SMP sederajat 73,86 persen, SMA sederajat 41,33 persen dan perguruan tinggi 6,74 persen.
Sementara itu, angka partisipasi murni tahun 2016 untuk jenjang SD sederajat sebesar 97,71 persen, SMP sederajat 71,93 persen, SMA sederajat 46,06 persen.
0 Response to "Tekan angka putus sekolah, pemkab Kotim optimalkan sekolah satu atap"
Posting Komentar